Senin, 09 Mei 2011



entahlah... 
bathinku seolah tak mampu membedakan,,gendang kehampaan yang bertaluh ataukah gemerisik ilalang ditengah padang sunyi. Tak dapat ku tangkap keindahan dari keduanya. Bagai tak memiliki warna,,hanya membisingkan. Sesekali saja sepoi angin yang bersenandung,,bercerita tentang gelisah hati.

Jiwaku berkelana mencari tiadamu,,tak pernah letih. Dan aku terdampar disini sendiri,,tetapi hanya sendiri. Padahal aku telah mencari keseluruh ruang hatiku,,tak setitik pun bayangmu hadir.

Mentari bertengger kaku menjamah peluhku,,jiwaku menjerit terbakar rindu. Biar pedih melelehkan telaga yang membeku,,tak dapat sedetik pun aku melupakan dirimu. Dahan tertunduk menahan benci atas kesia-siaanku ini.

Aku tidak pernah mencoba untuk melupakanmu,,meski bait-bait dalam rangkaian siang membenamkan tanyaku. Segala tanya tentang hatimu yang dulu,,yang dulu. Yang mengerti akan diriku,,akan cinta kita. Namun kini kau menepisnya,,sama seperti daun yang tertiup semilirnya kemudian terhempas.

Hanya beberapa kali kau mengabarkan kondisimu,,sehat dan selalu begitu harapanku. Dan kau telah berusaha melupakanku,,melupakan rindu yang membiru. Tak sadarkah aku menyimpan selaksa warna yang tertutup kabut kelabu,,sendu.

Bagaimana dengan kesetiaan ini ??..Haruskah aku membunuhnya ??..Teramat kusesali. Meski pun aku mengadu pada langit,,dia akan tetap memintaku untuk membencimu,,membenci kesetiaanku. Dan semestinya memang sejak lalu aku menikamnya,,hingga aku tak kepayahan seperti ini.

Aku telah terjebak dalam rasa yang tak lagi seirama. Riwayat kasih terkubur dalam waktu. Jarak membentengi nada pilu. Realita berjalan tak sesuai harapanku. Selingkuhmu menyapu bumiku tanpa kasihan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar